Rabu, 21 Juli 2010

COUNTRY MUSIC



Asal mula

Imigran yang tiba di Amerika Utara dan menetap di selatan Pegunungan Appalachia membawa serta alat musik dari Eropa berikut irama musik yang telah dikenal mereka selama 300 tahun. Orang Irlandia membawa fiddle (biola), orang Jerman membawa alat musik petik dulcimer, orang Italia membawa mandolin, orang Spanyol membawa gitar, dan orang Afrika membawa banjo[4] Interaksi antarmusisi dari berbagai kebangsaan menghasilkan musik khas Amerika Utara. Di awal abad ke-20, grup musik Appalachia menggunakan alat musik seperti fiddle, gitar, dan banjo.[5] Bentuk awal musik country dan rekaman musik jenis ini sering disebut musik rakyat Amerika Utara (old-time music)
Sepanjang abad ke-19, sejumlah kelompok imigran di Amerika Serikat yang berasal dari Eropa, terutama Irlandia, Britania Raya, Jerman, Spanyol, dan Italia pindah ke Texas. Kelompok dari berbagai bangsa tersebut berinteraksi dengan orang Spanyol, orang Meksiko-Amerika, penduduk asli Amerika Serikat, dan pemukim Amerika Serikat yang sudah lebih dulu menetap di Texas. Sebagai hasilnya, di Texas berkembang kebudayaan dengan ciri-ciri khas yang berakar dari kebudayaan negara asal pemukim. Pemukim dari wilayah yang sekarang disebut Jerman dan Republik Ceko mendirikan aula dansa yang besar di Texas. Petani dan orang kota menggunakannya sebagai tempat berkumpul, menari, dan menghabiskan waktu santai bersama. Di antara irama musik yang dimainkan adalah musik waltz dan polka. Alat musik yang dimainkan untuk meramaikan aula dansa adalah akordion.

Rekaman pertama

Rekaman yang bisa dianggap sebagai rekaman pertama musik country adalah lagu "Sallie Gooden" oleh pemain fiddle A.C. (Eck) Robertson yang dirilis tahun 1922 oleh Victor Records. Perusahaan rekaman Columbia Records sudah mengeluarkan rekaman berisi musik "hillbilly" (seri 15000D "Old Familiar Tunes") pada tahun 1924.[6] Setahun sebelumnya, Fiddlin' John Carson mengeluarkan "Little Log Cabin in the Lane" pada 14 Juni 1923 di bawah label Okeh Records.[7] Vernon Dalhart adalah penyanyi country pertama yang lagunya menjadi hit di Amerika Serikat, "Wreck of the Old '97" pada bulan Mei 1924.[8][9] Sisi B piringan hitam tersebut berisi lagu "Lonesome Road Blues" dan ikut menjadi populer.[10] Di awal perkembangan musik country terdapat musisi seperti Riley Puckett, Don Richardson, Fiddlin' John Carson, Al Hopkins, Charlie Poole and the North Carolina Ramblers, dan The Skillet Lickers.[11] Steel guitar mulai dipakai untuk memainkan musik country sejak tahun 1922, setelah Jimmie Tarlton bertemu dengan gitaris Hawaii Frank Ferera di Pantai Barat AS.[12]
Asal usul musik country modern berasal dari pengaruh Jimmie Rodgers dan Carter Family. Keduanya dianggap sebagai pendiri musik country dan lagu-lagu mereka direkam pertama kali dalam sesi bersejarah di Bristol, Tennessee/Bristol, Virginia, 1 Agustus 1927. Pada waktu itu, Ralph Peer bertindak sebagai pemandu bakat dan teknisi perekam suara.[13]
Rodgers mencampur unsur-unsur hillbilly country, gospel, jazz, blues, pop, cowboy, dan folk. Sebagian besar dari lagu-lagunya, termasuk "Blue Yodel"[14] (Victor 21142) terjual lebih dari satu juta keping, dan sekaligus menjadikannya sebagai penyanyi utama di era awal musik country.[15]
Selama 17 tahun berturut-turut sejak tahun 1927, grup Carter Family merekam sebanyak 300 lagu balada old time, lagu tradisional, lagu country, dan himne gospel yang merupakan peninggalan budaya dan folklor Amerika Serikat Bagian Tenggara.[16]
Setelah Depresi Besar terjadi penurunan dalam angka penjualan piringan hitam. Radio tampil sebagai hiburan populer di kalangan rakyat. Musik country diputar dalam berbagai acara radio yang disebut barn dance. Mulai dari Amerika Serikat Bagian Selatan hingga ke utara sampai di Chicago dan ke selatan sampai di California, stasiun radio menjadi sering memutar musik country. Salah satu acara yang patut dicatat adalah acara mingguan musik country bernama Grand Ole Opry dari radio 650 WSM di Nashville, Tennessee. Di antara bintang-bintang yang hadir di acara Opry terdapat musikus seperti Uncle Dave Macon, Roy Acuff, dan pemain harmonika Afrika-Amerika bernama DeFord Bailey. Pemancar WSM yang kuat sebesar 50.000 watt di tahun 1934 membuat radio ini sering kali bisa didengar di seluruh AS.[17]

Lagu koboi, western swing, dan hillbilly boogie

Sepanjang tahun 1930-an dan 1940-an, lagu-lagu koboi (musik western) yang sudah sering direkam sejak tahun 1920-an menjadi populer berkat film-film Hollywood. Di antara koboi bernyanyi era 1930-an dan 1940-an terdapat musisi seperti Gene Autry, Sons of the Pioneers, dan Roy Rogers.[18]
Bob Wills adalah penyanyi "country" yang membintangi film koboi Hollywood. Campuran musik "country" dan jazz yang dimainkannya sebagai musik aula dansa, nantinya dikenal sebagai western swing. Spade Cooley dan Tex Williams juga memiliki band yang populer dan main film.
Setelah irama musik ini dimainkan di Aula Carnegie, musisi country mulai merekam irama boogie pada tahun 1939. Johnny Barfield merekamnya sebagai boogie woogie. Sejumlah kecil rekaman yang mulanya disebut hillbilly boogie atau okie boogie (atau nantinya country boogie) akhirnya membanjiri pasaran sekitar akhir tahun 1945. Salah satu country boogie yang menonjol asal era tersebut adalah "Freight Train Boogie" dari Delmore Brothers. Lagu "Freight Train Boogie" dianggap sebagai bagian dari tahapan evolusi musik country dan blues menuju terbentuknya rockabilly. Pada tahun 1948, lagu "Guitar Boogie" dan "Banjo Boogie" dari Arthur "Guitar Boogie" Smith sampai di urutan 10 teratas tangga musik country di AS. "Guitar Boogie" bahkan sampai di tangga lagu pop AS.[19] Penyanyi berirama country boogie yang lainnya termasuk Merrill Moore dan Tennessee Ernie Ford. Periode Hillbilly Boogie terus berlanjut hingga ke tahun 1950-an, dan bertahan hingga abad ke-21 sebagai subgenre musik country.
Di akhir Perang Dunia II, musik "pendaki gunung" dari band alat petik yang dikenal sebagai musik bluegrass muncul ke permukaan. Perintisnya adalah Bill Monroe bersama Lester Flatt dan Earl Scruggs, di bawah pimpinan Roy Acuff di Grand Ole Opry, Nashville, Tennessee.
Jenis lain musik coutry yang hanya memakai gitar, bass, dobro atau steel guitar (dan nantinya drum) menjadi populer di kalangan orang kulit putih kelas menengah ke bawah di Amerika Serikat Bagian Selatan. Irama yang nantinya disebut honky tonk ini berasal dari Texas. Definisi irama honky tonk adalah "sedikit dari sini, sedikit dari sana, sedikit hitam, sedikit putih...cukup keras agar engkau tidak banyak pikir-pikir dan langsung memesan wiski."[20] Al Dexter dari Texas Timur sukses mencetak lagu hit "Honky Tonk Blues", dan beberapa tahun kemudian dengan "Pistol Packin' Mama". [21] Lagu-lagu honky tonk erat hubungannya dengan bar dan rumah minum. Di antara artis yang membawakannya terdapat musisi seperti Ernest Tubb, Ted Daffin, Floyd Tillman, Maddox Brothers and Rose, dan Hank Williams yang nantinya disebut musisi country "tradisional".
Sejumlah musisi country juga merekam lagu-lagu dalam irama lain. Moon Mullican yang memainkan western swing juga merekam lagu-lagu yang bisa disebut rockabilly. Bill Haley menyanyikan lagu-lagu koboi, dan pernah menjadi menjadi peneriak yodel. Haley akhirnya terkenal sebagai perintis rock and roll. Lefty Frizzell memainkan honky tonk dengan gaya Jimmie Rodgers. Hasilnya adalah lagu yang sangat khas Lefty Frizzell. Di antara tahun 1947 dan 1949, raja musik country Eddy Arnold berhasil menempatkan 8 lagu di 10 teratas tangga lagu Billboard.[22]

Tahun 1950-an dan tahun 1960-an

Nashville sound

Sejak pertengahan tahun 1950-an hingga puncaknya di awal tahun 1960-an, irama yang dikenal sebagai "nashville sound" mengubah musik country sebagai industri jutaan dolar. Irama musik ini disebut nashville sound karena berasal dari industri rekaman di Nashville, Tennessee. Di bawah pengarahan produser seperti Chet Atkins, Owen Bradley, dan kemudian Billy Sherrill, mereka mengantarkan nashville sound ke berbagai kalangan, sekaligus menghidupkan kembali musik country.[23] Lagu-lagu berirama nashville sound bisa dikenali dari ciri-ciri khas yang dipinjam dari musik pop tahun 1950-an: vokal yang "lembut" dan dominan dengan pengiring berupa alat musik gesek dan paduan suara. Musisi country yang tergolong ke dalam genre nashville sound adalah Patsy Cline, Jim Reeves, Floyd Cramer, dan kemudian Tammy Wynette serta Charlie Rich.

Rockabilly

Tahun 1956 bisa disebut sebagai tahun rockabilly untuk musik country. Peringkat ke-2, ke-3, dan ke-4 tangga Billboard waktu itu ditempati oleh Elvis Presley dengan "Heartbreak Hotel", Johnny Cash dengan "I Walk the Line", dan Carl Perkins dengan "Blue Suede Shoes".[24] Pada tahun 1958, Johnny Cash dan Elvis kembali menempatkan lagu-lagunya di 5 teratas Billboard, masing-masing dengan "Guess Things Happen That Way/Come In, Stranger" di urutan ke-3 dan "Don't/I Beg Of You" di urutan ke-5.[25] Elvis mengakui dipengaruhi artis rhythm and blues. Sementara itu tentang gaya bermusiknya, Elvis berkata, "Orang kulit berwarna sudah lama menyanyikan dan memainkan musik seperti yang aku mainkan sekarang, sudah lama sekali daripada yang kutahu." Ia juga menambahkan, "Musikku hanyalah musik country yang melompat-lompat."[26]
Genre yang sekarang disebut rockabilly mencapai puncak kepopuleran di kalangan penggemar musik country pada tahun 1950-an dan lagu-lagunya direkam oleh pemusik country. Di akhir dekade 1950-an, musisi country tradisional seperti Ray Price, Marty Robbins, dan Johnny Horton mulai menjauhkan diri pengaruh rock and roll.
Musik country mendapat perhatian pendengar di seluruh Amerika Serikat melalui acara musik Ozark Jubilee. Acara ini disiarkan secara langsung dari Springfield, Missouri, dari tahun 1955 hingga 1960. Musisi yang tampil adalah pemusik country yang top, termasuk pemusik beraliran rockabilly.

Musik country di Indonesia

Di Indonesia, Musik country kontemporer mulai dipopulerkan oleh Tantowi Yahya pada pertengahan dekade 2000an. Tantowi mendirikan Country Music Club of Indonesia pada Januari 2003, dan menjadi host di acara televisi “Goin’ Country” yang ditayangkan oleh MetroTV.

AWAL PENEMUAN MESIN JAHIT


Pada tahun 1755, seorang imigran Jerman, Charles Weisenthal, yang tiggal di Inggris, mematenkan penemuan jarumnya yang khusus dirancangnya untuk sebuah mesin. Sayangnya patennya tidak merinci mesin yang menggunakan jarum tersebut.
Berikutnya, seorang pembuat lemari asal Inggris, Thomas Saint yang juga mematenkan mesin jahit di tahun 1790. Tidak diketahui apa Saint benar-benar membuat prototipe mesin yang digunakan pada saat itu, atau hanya sekedar mematenkan agar mendapatkan royalti, kelak jika mesin itu bisa dibuat. Yang pasti, Thomas Saint merinci dalam patennya sebuah benda tajam yang dapat membuat lubang pada kulit dan memasukkan jarum pada lubang yang ada. Selangkah lebih maju dari Weisenthal. Namun reproduksi temuan Saint itu ternyata tidak bisa beroperasi.
Perkara Paten ini juga dilupakan oleh Balthasar Krems. Warga berkebangsaan Jerman ini menemukan mesin otomatis untuk menjahit topi di tahun 1810. Dia tidak mematenkan temuanya dan konon mesinnya tiadak pernah berfungsi dengan baik.
Upaya untuk membuat mesin jahit memang tidak pernah pudar. Banyak pula yang akhirnya menyebabkan perang paten. Namun tidak sedikit pula yang berakhir dengan kegagalan. Contohnya John Adams Doge dan John Knowles dari Amerika. Mereka berdua membuat mesin jahit pada tahun 1818 namun ujung-ujungnya mesin itu gagal saat digunakan untuk menjahit sejumlah kain.
Mesin Jahit yang bisa berfungsi diciptakan oleh Barthelemy Thimonier pada tahun 1830. Mesin ini hanya menggunakan satu benang dan sebuah jarum kait seperti jarum bordir atau sulam. Sayangnya, temeuan ini tidak memperoleh sambutan baik dari masyarakat. Bahkan dirinya hampir terbunuh ketika sejumlah penjahit membakar pabrik garmen miliknya karena takut tersaingi dan menimbulkan pengangguran akibat temuan mesin jahitnya.
Kembali seorang Amerika mencoba membuat mesin jahit dan sukses ditahun 1834, yang bernama Walter Hunt. Namun anehnya, dia tidak merasa bahagia dengan temuannya, karena dia merasa temuannya akan menimbulkan pengangguran.

[sunting] Mesin Jahit Elias Howe

Puncak penemuan mesin jahit terjadi di Amerika Serikat yang ditemukan oleh Elias Howe. Mesin buatannya menggunakan dua benang dari arah berlawanan dan memiliki jarum berlubang untuk benang di bagian ujung. Jarum itu didesak menembus kain dan membuat semacam lengkungan benang di sisi bawah kain. Sebuah benang dari arah lain disisipkan ke dalam lengkungan tadi. Lalu kedua benang membuat jalinan yang mengunci kain. Kabarnya temuan ini inspirasi dari mimpinya. Dalam mimpinya, perut Howe ditusuk oleh seorang kanibal dengan tombak dalam tidurnya. Bentuk ujung tombak inilah yang dijadikan inspirasi buat menciptakan jarum yang sudah lama dicarinya.

Perang Paten mesin jahit

Namun setelah penemuannya, Howe dihadapkan pada masalah dengan mempertahankan paten dan memasarkan temuannya. Akhirnya dia berjuang selama sembilan tahun. Perang paten sendiri pecah ketika Isaac Singer menemukan mekanisme naik turun pada mesin jahit dan Allen Wilson mengembangkan alat kait pemintal berputar. Mesin jahit belum menjadi barang produksi massal hingga tahun 1850-an. Setelah Isaac Singer berhasil membuat mesin jahit dengan jarum jahit yang bisa digerakkan kayuhan pedal kaki, maka kesuksesan penjualan mesin jahit secara komersial terbuka. Sebelumnya, mesin jahit terdahulu menggerakkan jarumnya dari pinggir dan digerakkan dengan tangan.
Bagaimanapun, mesin Isaac Singer menerapkan mekanisme jalinan dua benang yang dipatenkan Howe. Maka Elias Howe menuntut Isaac Singer atas paten yang serupa dan berhasil memenangkan perkaranya pada tahun 1854. Sebenarnya Walter Hunt menerapkan jalinan benang dari dua sumber benang dan jarum berlubang. Namun pengadilan memutuskan paten jatuh ketangan Howe setelah Hunt membatalkan patennya.
Jika Hunt tetap mematenkan temuannya, Elias Howe dapat dikalahkan dalam perkaranya dengan Isaac Singer. Maka atas kekalahan itu, Isaac Singer harus membayar royalti paten Elias Howe. Jika saja paten yang dimiliki warga Inggris, John Fisher ditahun 1844 itu tidak hilang, maka Fischer akan terlibat dalam perang paten mesin jahit. Pasalnya mesin renda buatannya menerapkan mekanisme yang serupa dengan mesin Howe maupun Singer.
Keberhasilan dalam mempertahankan hak atas patennya membuat keuntungan Elias Howe melonjak tajam. Pendapatan tahunannya yang semula 300 dolar Amerika menjadi lebih dari 200.000 dolar AS per tahun untuk saat itu. Dalam kurun waktu 14 tahun (1854-1867), Howe mengumpulkan dana hingga 2 juta dolar AS atas temuannya. Ia lantas menyisihkan sebagian kekayaannya selama Perang Saudara Amerika bagi Pasukan Infantri dan sebagian lagi sumbangan atas nama pribadinya.

POLISI SAHABAT ANAK-KU


Bogor, Pelita
Polsek Citeureup Kabupaten Bogor. Kamis (20/51 menggelar penyuluhan tentang polisi sahabat anak terhadap murid di Taman Kanak-Kanak (TK) Al-Ikhlas Kelurahan Karang Asep Timur. Kecamatan Citeureup. Kabupaten Bogor. Kapolsek Citeureup AKP Pahyuniati mengatakan, dalam penyuluhan tersebut. Kapolsek memberikan berbagai materi kepada anak-anak, materi tersebut diantaranya tentang kemitraan polisi terhadap masyarakat. "Kami menjelaskan kepada mereka bagaimana hubungan antara masyarakat dengan polisi. ujar Kapolsek kemarin.
Lebih lanjut Kapolsek menuturkan, dalam polisi sahabat anak itu juga dijelaskan tentang pengenalan lalu lintas seperti rambu-rambu lalu lintas serta pengaturan lalu lintas. Penyuluhan dilakukan bersama pihak yayasan yakni Eko. "Mendapat penyuluhan dari kami, anak-anak tampak antusias dan ceria. Mereka senang dan bergembira, kami berharap anak-anak bisa memahami secara dini tentang tugas-tugas polisi." ujar Kapolsek seperti dikutip bogorkah.go.id kemarin, (sal)

GAJI DALAM PANDANGAN ISLAM.


Abstrak: Penegakkan masyarakat Islam dapat melenyapkan kejahatan sosial dan ekonomi, meskipun perbedaan antara si miskin dan si kaya dapat menghasilkan “keseimbangan ekonomi masyrakat”; keduanya tidak mempengaruhi kejayaan manusia, perpindahan agen ekonomi Islam dari agen ekonomi non-Islam terkait dengan motivasi dibalik keputusan ekonomi, fungsi utility tenaga kerja Islam terdiri dari: kehendak Allah, kepuasan majikan, gaji dan tingkat usaha. Tingkat Aman (keimanan) dalam ibadah dan keputusan ekonomi akan membawa pada diferensiasi gaji dalam pasar tenaga kerja.

I.       Pendahuluan:
 Artikel ini akan menganalisa motivasi dibalik keputusan agen ekonomi Islami dan agen ekonomi sekukuler, makalah ini mempresentasikan fungsi utlity tenga kerja dalam Islam, kami menemukan bahwa tingkat aman atau keimananlah (yang berasal dari keragaman hati-hati mansiai) yang menjadi acuan penting dalam masalah keputusan ekonomi begitu pula dalam ibadah, akan membawa pada diferensiasi gaji dalam pasar tenaga kerja, lebih lagi, kami juga membahas sudut pandang ekonomi sekuler pada diferensiasi gaji yang sudah ada.
Manusia diangkat oleh Tuhan sebagai khalifah di muka bumi, tuhan sendiri yang telah menciptakan perbedaan-perbedaan salah satunya adalah kaya dan miskin dan hanya Dialah yang mengetahui mekanisme dan sistem kehidupan. Allah memerintahkan:
(Al-Hujurat, 13)
Wahai manusia sesungguhnya  kami ciptakan kamu laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa untuk saling mengenal, dan sesungguhnya yang paling mulai diantara kamu adalah orang yang paling bertaqwa…          Di tempat lain, Dia berfirman dalam Al-Qur’an:
               (Al-Shura: 19)
      “Allah maha menyayangi pada tiap hambanya Ia memberi rizki kepada siapa saja yang Ia kehendaki dan dialah maha Kuat lagi maha Perkasa
       Manusia dihormati dan dimuliakan dengan segala bentuknya tanpa memandang perbedaan apakah dia budak atau majikan. Seluruh manusia adalah sama dan hanya orang orang bertaqwalah “Muttaqi” yang mendapat tempat tinggi di sisi Allah, bahkan kenyataannya perbedaan antara si kaya dan si miskin tidak mempengarhui kejayaan manusia di muka bumi. Perbedaan ini justru menjadi penting untuk identifikasi manusia dan menghasilkan sebuah “keseimbangan ekonomi masyarakat” karena elemen positif negatif itu selalu berpasangan sebagaimana halnya siang dan malam, cahaya dan kegelapan, kehidupan dengan kematian dan lain sebagainya, hidup akan menjadi lebih berarti jika kematian ada.
            Islam menolak segala bentuk ketidak seimbangan karena hal tersebut justru akan melahirkan barbarisme dan kesewenang-wenangan dalam  masyarakat, semua orang diberikan keamanan, kehormatan dan kemuliaan dalam masayarakat Islam. Penegakkan masyarakat seperti ini akan menghilangkan kejahatan sosial umumnya dan kejahatan ekonomi khususnya. Banyak permasalahan ekonomi, yang muncul pada sistem non-Islam, seperti sekuler, kapitalis, sosialis dan komunisme dapat disingkirkan dalam masyarakat Islam, sistem sekuler mendapatkan kritik masalah ekonomi seperti larang ebekrja, mogok, (TabakogJo, pp. 77-9!) dan masalah kelalaian dalam kerja (Akhtar 1992, pp.207).yang tidak akan mendapatkan tempatnya dalam sistem ekonomi Islam.
            Islam menekankan majikan untuk berlaku baik-perhatian, menyayangi, murah hati, dan jujur kepada setiap pekerja khususnya dan setiap angota masyarakat pada umumnya, tidak ada ruang untuk melakukan suap dan curang dalam transaksi bisnis, Allah memerintahkan: (An-Nisa’: 29)
“Wahai orang-orang yang  beriman janganlah engkau memakan harta sesamamu dengan batil, kecuali dengan dagang yang kami saling ridho, dan janganlah saling membunuh…
            Rasulullah bersabda:
            “ Pengusaha yang mencintai kebenaran dan kejujuran akan bersama nabi-nabi,...” [/\ I Tirmidhi, (8-4),1209, pp, 515]
            Pada kesempatan lain, Nabi Saw, bersabda:
            “Yang terbaik diantara kamu adalah yang memperlakukan pelayannya dengan kebaikan dan murah hati” (Kanz-AI Aml11al.Va!. 5, 18)
            Islam menuntut kemurnian dalam urusan bisnis, dan juga memperbolehkan kekuatan pasar dalam menentukan gaji dan harga serta menghindari intervensi pasar oleh Negara kecuali dibutuhkan (S.Tahir 1997)
II.    Sudut Pandang Islam Terhadap Differensiasi Gaji
Perbedaan utama antara agen ekonomi Islami dan agen ekonomi lainnya adalah berkaitan dengan maksud niat dibalik setiap keputusan ekonomi, Motivasi agen ekonomi sekuler hanya pada materi belaka sementara bagi pelaku ekonomi Islam percaya kepada ‘falah’ (kemaslahatan) baik di dunia maupun akhirat.
      Akhter (1992) melaporkan:
      Ketika majikan membayar pekerjanya, salah satu kompensasinya diperuntukkan untuk pegawai dan bagian lainnya adalah menggapai ridlo ilahi dengan mempertemukan kebutuhan pegawainya untuk kepentingannya sendiri”. (Akhtar 1992)
      Pernyataan ini mendefinisikan fungsi profit tenaga kerja dalam Islam sementara kita dapat mendefinisikan fungsi utility tenaga kerja sebagaimana di bawah ini:
U = (Kehendak Allah, kepusan majikan, gaji, usaha) dan
e ≥ ℮ ^ (N0 concept of shirking)
      Dimana ℮ adalah tingkat uasaha pekerja, ℮ ^ adalah tingkat yang diinginkan dari majikan, utility seorang pekerja adalah fungsi kehendak Allah, kepuasan majikan, gaji dan tingkat usaha.
      Kedua variabel pertama ditiadakan pada pelaku maksimalisasi utility sekuler, ia tidak bersifat tulus kepada majikannya sebagai pemaksimalan proporsi, ia melalaikan tugas kapanpun ada kesempatan sementara pelaku ekonomi Islam selalu tulus kepada majikannya, ia selalu menjaga kepemilikan majikannya dari pada lali pada tugasnya.
Rasulullah bersabda:
Seorang budak bertanggung jawab atas harta tuannya” (dicuplik dari Akram Khan 1989).
      Abdullah menyampaikan bahwa Raslulullah Saw bersabda, “Ketika seorang budak tulus bekerja untuk tuannya dan beribadah dengan benar, maka baginya mendapat pahala berlipat” (dicuplik dari Akram Khan 1989).
      Semua orang beriman tidak mempunyai tingkat keimanan yang sama, tingkatan keimanan dapat berbeda-beda di setiap hati manusia, tingkatan ini berdampak pada kepribadian seseorang, keimanan tidak hanya persoalan ibadah saja namun juga dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaian adalah orang yang terpercaya, amanah, jujur, bersungguh-sungguh dalam segala urusannya. Kepercyaan, kejujuran dan lain sebagainya sangat penting dalam urusan bisnis, pelaku ekonomi sekuler mempunyai motivasi yang sama dalam mengejar maksimalisasi matrial bagi tiap keputusan ekonominya. Disini keimanan tidak terlibat dalam keputusan, meskipun perbedaan keputusan dalam ekonomi muncul maka variasi motivasi yang lebih besar tak dapat ditemukan. Oleh karena itu, sangat terkait dalam ekonomi Islam diferensiasi gaji, tingkat keimanan menjadi ukuran diferensiasi gaji, lebih terpercaya dan jujur seorang pekerja maka ia akan mendapatkan gaji yang lebih tinggi daripada kolega kerjanya.
III.  Pandangan Ekonomi Sekuler Berkenaan Dengan Diferensiasi Gaji
Hukum satu gaji mempropagandakan bahawa pekerja dengan atribut sama akan menerima kompensasi sama sebagai dampak dari hukum satu harga, yang menyatakan satu objek tidak dapat dijual dijual dengan dua harga berbeda mempostulatkan tidak adanya biaya transaksi dan transportasi. Meskipun begitu keberadaan diferensiasi dapat diobeservasi dalam pasar kerja dan pekerja mempunyai atribut sama (baik; umur, pendidikan, pengalaman dll) dan mengerjakan pekerjaan yang sama dalam lokasi yang sama pula tetap menerima perbedaan gaji (wage differentiation), para ahli ekonomi bersepakat keberadaan diferensiasi gaji namun penjelasannya belum dikembangkan sebagaimana mestinya.
Differesnsiasi gaji telah menjadi parketk di era sekarang ini. Para ekonom tidak menyangkal fakta fenomena ini namun penjelasannya masih menjadi teka-teki antara pendekatan kompetitif dan non kompetitif
IV.   Teori Kompetitif Vs Non Kompetitif
Teori kompetitf menawarkan dua interpertasi keberadaan diferensiasi gaji bagi pekerja dengan karakteristik yang sama:
·  Permintaan pekerja ditententukan oleh nila produktifitas marginal (Value of Marginal Productivity VMP) deferensiasi gaji harus mewakili diferensiasi produktifitas (Penjelasan Neo klasik)
·  Hipotesa kompetitif teori adalah, bahwa dengan dorongan pasar bebas, gaji yang teramati dapat menggantikan kemampuan atau kondisi pekerjaan yang tak dapat diamati. Penolakan ide ini adalah bukti keberadaan stabilitas diferensiasi gaji bahkan setelah mengizinkan untuk mengukur dan tidak mengukur kualitas pekerja, kondisi pekerjaan, jaminan sosial, goncangan permintaan semu, ukuran perusahaan dan faktor-faktor lainnya.
Model kompetitif dalam sekenario ketiga interpertasi diatas dapat menjelaskan keberadaan diferensiasi gaji.
1.      Transitory Differentials
2.      Compensating Differentials
                    3.    Unmeasurecllabor quality
1.  Transitory Differentials
            Adalah pergantian permintaan tenaga pekerja, yang akan menghasilkan transitory differentials di seluruh industri bagi pekerja ahli, namun pola dispersi gaji ini akan membatasi konfergensi pasar tenaga kerja pada keseimbangan pasar di waktu mendatang.
2. Compensating Differentials
            Kompensasi gaji diferensial menjelaskan bahwa lebih tinggi gaji mengkompensasi atribut pekerjaan industri dari pekerja, Kruger dan Summers (1998) menujukkan bukti bertentangan dengan hal ini, bahwa perusahaan dengan gaji tinggi memiliki tingkat yang cukup rendah dibanding dengan industri dengan gaji rendah.
3. Unmeasured Labor Quality
            Diferensiasi gaji dapat merfleksikan keberadaan karakteristik unmeasured labor, hal ini cukup penting untuk mengungkapkan bahwa kemampuan pekerja dapat diketahui oleh pekerja dan perusahaan namun hal tersebut tidak dapat diobservasi oleh ahli ekonometri.
Non-Competitive Theory
            Teori ini mengetengahkan model gaji efisien, gagasan dibalik ini adalah hipotesa usaha tiap pekerja adalah fungsi gaji riil, hipotesis ini menjelaskan alasan kekakuan gaji (wage rigidity) pada saat terjadinya pengangguran tanpa disengaja. Model ini mempunyai perhatian utama tentang faktor-faktor yang memerankan peran penting dalam menentukan gaji tenaga kerja; model efisiensi gaji menyediakan logika mendalam bahwa afiliasi industri menyebabkan diferensiasi gaji.
            Oleh karena itu, adalah suatu yang mungkin, bahwa dengan atribut yang sama, seorang pekerja dapat menerima gaji  yang berbeda dalam industri yang berbeda daripada bekerja dengan pekerjaan yang sama, studi empiris model efisiensi gaji telah memiliki fokus utama pada struktur gaji inter-industri, perbedaan gaji yang besar untuk pekerjaan yang sama di lokasi yang sama pula telah terbukti secara empiris.
            Implikasi model ini dalah jika hubungan antara gaji dan produktifitas berbeda diseluruh industri yang berbeda, gaji optimal dibayarkan kepada pekerja yang serupa untuk pekerjaan yang sama dalam lokasi yang sama pula akan berbeda diantara industri-industri yang ada.
            Berbagai alasan adanya diferensiasi gaji dihubungkan dengan interpertasi berbeda hipotesis gaji efisien, diantaranya alasan sensitif dibalik keberadaan diferensiasi gaji adalah hipotesis usaha upah (Akerlof 1982) yang berbeda diseluruh perusahaan dan menentukan perbedaan optimalasasi gaji bagi setiap perusahaan yang mengarah pada diferensiasi gaji di pasar tenaga kerja. Terlebih lagi, perusahaan membayar gaji diatas pasar penggajian, yang akan akan mempengaruhi out put mereka dalam bentuk merendahkan pemberhentian, meningkatkan moral pekerja, merendahkan incsentif untuk lalai dll.
V.     Kesimpulan
Perbedaan antara si kaya dan si miskin tidak berpengaruh pada kejayaan manusia, perebedaan ini menghasilkan sebuah “keseimbangan ekonomi masyarakat”, yang dapat menghilangkan keburukan sosial dan ekonomi, seperti larangan bekerja, mogok, lalai dll, karena Islam menentut kemurnian dalam tiap urusan bisnis.
Kepindahan pelaku ekonomi Islam dari pelaku ekonomi lainnya berkaitan dengan motivasi yang melatari tiap keputusan ekonomi, pelaku ekonomi Islam percaya akan maslahat ‘falah’ baik di dunia maupun di akhirat, sementara pelaku ekonomi sekuler berprilaku menurut proporsi matrialnya. Dalam krangka Islam, fungsi utilitas tenaga kerja berdasar pada kehendak Allah, kepuasan majikan, gaji dan tingkat uasa, sementara kedua pertama dari factor-faktor tersebut tidak ada dalam maksimalisasi utility sekuler. Variasi dalam keimanan akan merfleksikan difrensiasi gaji pada ekonomi Islam.
Tingkat keimanan adalah faktor penting yang berbeda dalam tiap hati manusia, kerena orang yang beriman tidak memiliki tingkat keimanan yang sama, tingkatan ini penting dalam ibadah dan urusan ekonomi, serta perbedaan tingkat keimanan ini akan mengarah pada diferensiasi dalam pasar tenaga kerja. Pelaku ekonomi sekuler tidak memiliki elemen tersebut, oleh karena itu dapat ditemukan tidak ada variasi motif yang lebih besar dalam ekonomi mereka, krangka ekonomi sekuler menyediakan teori kompetitif dan non kompetitif untuk menjelaskan diferensiasi gaji, teori kompetitif menawarkan dua interpertasi atas keberadaan diferensiasi gaji.
Teori non-kompetitif (efficiency wage models) menghipotesakan bahwa perusahaan sendiri akan membayar gaji lebih tinggi dibanding dengan gaji kompetitif pada pasar tenaga kerja, yang menghasilkan tingginya moral, kecilnya angka pengunduran diri, mengurangi kelalaun dll, model-model tersebut juga menginterpertasikan bahwa hubungan antara gaji dan produktifitas berbeda pada setiap industri yang berbeda, gaji optimal dibayarkan kepada pekerja yang sama akan berbeda di antara tiap industri.
Daftar Pustaka
1: Ahmad Tabakoglo. "Labor and Capital Concepts", i.nIslamic Economics and Distribution in
Macroeconomic Framework: An Islamic Perspective. edited by Fahim Khan, pr. 77-91.
2. Akerlof, George. (1982), "Labor Contracts as Partial Gift Exchange", Quarterly Journal ofEconomics. 97 (4), pp. 543-63
3. Akhtar M. Ramzan. (1992), " An Islamic Framework for Employer- Employee Relationship",
The American Journal of Islamic Sosial Sciences. 9(2), pp. 202-18.
4. Katz, Lawrence. (1986), "Efficiency Wage Theories: A Partial Evaluation", NBER
MacrQeconomicsAnnual, pp. 235-76.
5. Kruger, Allan and Summers, La\\Tence.(1988), "Efficiency Wages and the Interindustry Wage
Structure" , Econometrica. 56(2), pp. 259-93.
6. Muhammad, Akram Khan. (1989), "Economic Teachings of Prophet Muhammad (May peace
be upon Him)", International Institute of Islamic Economics Islamabad and Institute of Policy
studies, Islamabad, Pakistan. -
7. S. Tahir. (1997), "Economic Teac:hingsof Prophet Muhammad (May peace be upon him)", in
M.A. Choudhury, M.Z. Abdad and Muhammad S. Salleh (eds.), Islamic Political Economy in
CapitalistGlobalization-,Kualalumpur.UtusanPublicationsand Distributors,SDN BHD,pp.
335-77. --
8. Yellen, Janet. (May,1984),"Emciency Wage Models of Unemployment", American Economic
Review-Papers and Proceedings, 74, pp. 200-05.
9. ,Yusuf AIL (1983), The Holy Quran. TexfT~anslation and Commentary. Published by Amana
Corp. USA. .

Selasa, 20 Juli 2010

KRONTJONG TOEGOE

Krontjong Portugis

Selama ini musik keroncong selalu identik dengan budaya Jawa dan didendangkan oleh kalangan tua. Namun semua pandangan itu langsung sirna ketika saya mengunjungi “markas” Krontjong Toegoe di Kampung Betawi Tugu daerah Semper, Koja, Jakarta Utara. Inilah sebuah perkampungan Betawi yang menyimpan begitu banyak catatan perjalanan sejarah terutama keterkaitan mereka dengan bangsa Portugis. Meski panas yang terik tanpa ampun menyinari Jakarta, saya dan beberapa teman tetap bersemangat untuk mengunjungi kampung Betawi-Portugis yang dijadikan cagar budaya di era Gubernur Ali Sadikin ini. Tujuan pertama saya adalah Gereja Tugu. Meski nampak masih kokoh dari kejauhan, gereja yang dibangun pada 1744 atas prakarsa tuan tanah Cilincing asal Belanda, Justinus Vinck ini ternyata kondisinya cukup memprihatinkan. Bagian pintu masuk yang masih terlihat kuat dan antik, kini terkunci rapat dengan dua buah gembok tergantung di depan pintu. Sebuah tulisan yang terpampang disamping pintu mengumukan bahwa Gereja Tugu akan mengalami masa renovasi. Kami mengambil kesempatan untuk berfoto-foto di sekeliling gereja. Sebuah area pemakaman Belanda terdapat di belakang gereja. Tak begitu luas, namun cukup padat jumlah makamnya. Di samping kanan gereja terdapat sebuah bangunan panggung yang latarbelakangnya dihiasi dengan lukisan Kristus. Gereja yang letaknya menghadap ke arah kali Cakung ini juga membuktikan bahwa betapa pentingnya fungsi kali Cakung zaman dulu. Menurut catatan yang ada, dulunya warga biasa datang ke gereja Tugu dengan menggunakan perahu yang ditambatkan di kali Cakung, persis depan gereja. Kini, kali Cakung tak ubahnya seperti timbunan lumpur dan sampah. Tak ada lagi perahu yang melalui jalur ini. Di depan bangunan gereja ini juga, Andre Juan Michiels, ketua Krontjong Toegoe dan ketua Ikatan Keluarga Besar Tugu menemui kami untuk sekedar ngobrol tentang sejarah budaya Kampung Tugu dan tentunya juga tentang musik keroncongnya yang melegenda itu. Sosok pria dengan rambut gondrong sebahu dan kumis lebat itu dengan hangat menyambut kami semua. Andre lalu mengajak kami untuk mengobrol di sebuah teras kapel di dekat gereja.

“Kampung Tugu sendiri sekarang sudah tinggal segini aja,” ujar Andre sambil menunjuk ke sepanjang areal parkir disamping gereja. Di sekitar gereja memang terlihat beberapa bangunan yang digunakan oleh warga Tugu. Bangunan tersebut kondisinya masih sangat bagus namun jumlahnya tak banyak. “Banyak daerah di sini sekarang yang sudah jadi garasi triller dan depo kontainer,” jelas Andre lagi. Dari dalam areal Gereja Tugu, saya memang melihat banyak tumpukan kontainer yang berada tak jauh dari lingkungan gereja. Beberapa truk besar pembawa kontainer juga mondar-mandir di sepanjang Jalan Tugu Raya di samping gereja. Kampung Tugu yang jaman dahulu menempati hampir semua wilayah Semper, kini hanya mencakup beberapa kapling di sekitar Gereja Tugu saja. “Gereja Tugu ini juga sudah ditutup/tidak di gunakan sejak pertengahan July 2009. Kondisinya sudah tak memungkinkan lagi buat kebaktian,” untuk sementara kami menggunakan Gedung Pertemuan di sebalah Gereja” tutur Andre. Dengan gaya yang santai, Andre kembali bercerita tentang sejarah dari terbentuknya Kampung Tugu. Diawali pada 1661, para mantan pasukan Portugis yang menjadi budak karena dikalahkan Belanda di Malaka meminta pada penguasa Belanda saat itu untuk diberikan daerah sendiri di sekitar Batavia. Permintaan tersebut dikabulkan Belanda dengan syarat mereka harus mengganti nama mereka dengan nama Belanda dan dipaksa untuk memeluk Kristen dari agama Katolik yang mereka anut. Setelah mematuhi semua permintaan Belanda, mereka kemudian diberikan sebuah daerah di sebelah timur Batavia. “Dulu daerah ini namanya bukan Tugu,” kata Andre. Daerah yang dulunya adalah rawa dan hutan ini kemudian menjadi tempat menetapnya para mantan pasukan Portugis tersebut. Karena status mereka yang sudah dibebaskan dari budak, maka penguasa Belanda menyebut mereka dengan nama kaum Mardijkers yang artinya kaum yang dimerdekakan. Sebanyak 23 kepala keluarga atau sekitar 150 jiwa kaum Mardijkers ini kemudian tinggal dan menetap di daerah hutan tersebut. Dalam perkembangannya, mereka menikah dengan warga setempat. Kaum campuran ini kemudian dijuluki kaum Mestizo yang artinya berdarah campuran.

Kata “Tugu” sendiri menurut Andre berasal dari kata Por Tugu Esa (Portugis). Sedangkan ada juga versi cerita yang mengatakan bahwa kata Tugu berasal dari ditemukannya prasasti Tugu peninggalan Raja Punawarman di daerah tersebut. “Isi prasasti itu adalah cerita bahwa merekalah yang membuat kali di didepan gereja itu,” ungkap Andre sambil menunjuk ke arah kali. Siang itu saya juga beruntung karena kedatangan kawan-kawan dari Komunitas Pecinta Keroncong yang berjumlah lima orang. Kehadiran mereka ini langsung membuat ceria suasana siang yang panas itu. Lokasi obrolan pun jadi berpindah ke kediaman Andre yang letaknya tak jauh dari gereja. Di kediaman kel.Michiels , saya dapat melihat lebih jauh sanggar Krontjong Toegoe yang terkenal itu. Dengan berjalan kaki hanya sekitar 100 meter, kami tiba di rumah yang dikenal dengan nama “Rumah Tua”. Disebut “Rumah Tua” karena memang selain usianya yang sudah tua, rumah tersebut kini adalah satu-satunya rumah adat Betawi Tugu yang masih berdiri. Meski Rumah Tua sendiri tak begitu besar, namun halaman rumah ini cukup luas hingga bisa menampung sekitar lima truk kontainer. Uniknya, semua truk kontainer ini di beri tulisan “Krontjong Toegoe” di bagian depannya. Ini menandakan bahwa kontainer tersebut adalah milik dari Andre Juan Michiels. “Tiang-tiang ini sudah saya sanggah dengan kayu balok ,” kata Andre sambil menunjuk ke dua buah tiang di depan teras rumahnya. Menurutnya, mereka sudah meminta agar rumah yang kini sudah menjadi salah satu cagar budaya itu direnovasi. Namun, hingga saat ini realisasinya masih harus menunggu dengan batas waktu yang belum pasti kapan... Di sini saya juga berkenalan dengan Arthur, adik Andre. Ngobrol dengan Arthur juga tak kalah seru. Segala pengalaman pentas di luar negeri menjadi bahan obrolan seru siang itu. Menurut Arthur, yang membedakan keroncong Tugu dengan keroncong lainnya adalah beat dari musik itu sendiri. “Jika keroncong di Jawa musiknya agak lembut, keroncong Tugu justru enak buat dansa dan pesta,” jelasnya. Awalnya, musik keroncong yang lahir di Batavia ini sempat dilarang penjajah Jepang karena dinilai berbau Eropa dan syairnya yang dianggap menimbulkan rasa nasionalisme. “Waktu Pak Gesang menciptakan lagu-lagu keroncong dengan syair yang berbau alam, Jepang kembali mengizinkan jenis musik ini,” jelas Arthur. Keroncong sendiri sebenarnya bermula dari musik Portugis yang dikenal dengan sebutan Fado. Awalnya, Fado dibawakan oleh para budak dari Afrika yang masuk ke Portugis. Kemudian berbaur dengan budaya Moor dari Afrika dan menjadi musik yang dikenal dengan nama Moresco. Dalam penjelajahan Portugis untuk menemukan apa yang mereka kira sebagai “Dunia Baru”, mereka juga memperkenalkan Moresco di beberapa wilayah jajahannya, termasuk di Nusantara.

Fado yang dimainkan dengan menggunakan alat musik cavaquinho ini kemudian beradaptasi dengan masing-masing daerah yang dikunjungi Portugis. Di Hawaii, alat ini disebut ukulele, di Brazil disebut machete dan di Indonesia disebut keroncong karena bunyinya yang croong… croong… croong. Dari sinilah kemudian dikenal musik keroncong. Ciri khas dari Krontjong Toegoe ini adalah pemakaian alat musik rebana dan lagu-lagu yang dibawakannya. Mereka kerap membawakan lagu-lagu Portugis, Belanda, dan lagu-lagu perjuangan Indonesia. Saat tampil di Belanda, seorang pengamat musik Belanda pernah menganggap bahwa musik keroncong Tugu ini adalah cikal bakal dari Jazz. “Kami disuruh ikut North Sea Jazz Festival,” kenang Arthur sambil tertawa. Bahkan setiap pementasan Krontjong Toegoe di Belanda, penonton selalu membludak. Andre juga mengenang pengalamannya ketika mereka sedang manggung di sebuah festival musik di Belanda. Ada seorang penonton yang jatuh pingsan karena terlalu antusias. “Waktu itu saya mainkan lagu I will survive. Ternyata lagu itu adalah lagu kenangan si penonton itu. Karena terlalu histeris, akhirnya dia pingsan,” terang Andre. Gara-gara si penonton itu pingsan, kontan panitia menghentikan pertunjukan yang baru memainkan lima lagu dari 12 lagu yang direncanakan tersebut. Hingga saat ini, Andre terus berupaya melestarikan musik keroncong ini melalui anak-anaknya, Arend, Angel, dan Adrian. Sambil mendengarkan kisah-kisah perjalanan Krontjong Toegoe, kami juga sempat dihibur oleh sebagian anak kelompok Krontjong Toegoe Junior yang terdiri dari anak-anak Andre. Meski usia mereka belum menyentuh remaja, namun sentuhan musikal sudah melekat pada anak-anak ini. Arend yang bermain biola nampak santai di dampingi Adrian dan Arthur yang bermain ukulele. Ketiga keluarga Michiels ini mengiringi Angel, sang bidadari dari Krontjong Toegoe Junior. Tak hanya tembang-tembang lawas Indonesia yang dibawakan anak-anak belia ini, namun tembang dari tanah moyang mereka, Portugis. Sebagai nomor pamungkas, tembang “Tidur Lagi” milik Mbah Surip tak luput dari gesekan biola Arend. Andre sendiri mengaku tak pernah memaksakan pendekatan musikalnya ke anak-anak. Mereka dibiarkan bebas membawakan lagu yang mereka suka. Sejumlah lagu-lagu dari grup band Zamrud dan grup-grup masa kini sering dibawakan anak-anak Andre. “Kalau dipaksa belajar keroncong yang asli, mereka bukan nggak mau,mereka juga mempelajari beberapa lagu, karna mereka masih anak2 maka saya lebih cendrung mengajarkan lagu untuk seumuran mereka” jelas Andre.

Memang, salah satu ciri yang menonjol dari Krontjong Toegoe ini adalah musiknya yang lebih fleksibel dan berwarna-warni. Terkadang mereka berbau Jazz, Pop,Reggae dan bahkan Rock ‘n Roll. Di beberapa pementasan, Andre mengaku sering memainkan tembang-tembang milik The Rolling Stones dan Queen juga lagu-lagu Latin. Suatu perpaduan yang menarik dengan keroncong yang asli tradisional Indonesia. Arthur juga sempat cerita saat berada di Eropa, seorang penggemar mengajak mereka untuk menetap di Eropa. “Dengan musik seperti ini, kami dianggap bisa menjadi selebritis di negeri mereka,” kata Arthur. Itulah satu bukti bahwa sebenarnya musik yang kini berada di tengah deru kesibukan Jakarta Utara yang panas, dalam kondisi yang hampir terjepit, ternyata mendapat begitu banyak tempat di luar negeri. Dari Rumah Tua milik Keluarga Michiels yang sederhana inilah saya dapat mengetahui bahwa ternyata Kampung Tugu yang kini semakin terhimpit oleh gudang-gudang kontainer ini menyimpan begitu banyak liku-liku sejarah budaya Indonesia yang menarik.

TIPS KELUARGA SAKINAH MAWADAH WAROHMAH

Ada uang semua beres. Pemeo tersebut bisa benar, tapi sering pula tidak, apalagi bila diterapkan dalam kehidupan berumah tangga. Persoalan uang malah sering dituding sebagi biang pemicu perselisihan dalam keluarga. Bagaimana sebaiknya pasangan suami-istri (pasutri) mengelola keuangan keluarga, paparan berikut boleh diambil manfaatnya.

"Uang memang masalah nomor satu yang sering dipertengkarkan para pasangan suami-istri," itulah pendapat Howard Markman, direktur pusat penelitian perkawinan dan keluarga di Universitas Denver, Amerika, yang juga turut menulis buku Fighting for Your Marriage.
Itu berarti, setiap keluarga entah kelompok yang berkelimpahan atau yang penghasilannya pas-pasan, selalu rawan terhadap perselisihan gara-gara uang.
Bagi Maria Lasswell, pimpinan lembaga terapi untuk perkawinan dan keluarga di Amerika, potensi itu cenderung muncul akibat perbedaan kebiasaan dalam menggunakannya. Kebiasaan yang diperoleh melalui proses belajar alamiah sepanjang hidupnya, menurut Lasswell, sudah seperti karakter bawaan yang tidak dapat diubah seketika.
Drs. Richard Sutrisno, staf pengajar di LPPM, mencoba melihat lebih ke inti persoalan utama yaitu kegoyahan keluarga. "Sedangkan penyebabnya, bisa 1001 sumber. Mungkin bersumber dari uang, tapi bisa juga anak, saudara, tetangga, atau yang lain."
Meski demikian Sutrisno mengakui, pertengkaran suami-istri gara-gara fulus cukup banyak terjadi. "Malah, khusus pada keluarga tingkat ekonomi menengah bawah masalah tersebut bisa mengakibatkan keretakan rumah tangga."


"Uang saya, uang kamu"
Berbeda dengan keluarga tradisional di mana hanya suami yang berperan mencari penghasilan, maka dalam keluarga "modern" banyak dijumpai pasangan yang sama-sama bekerja. Tak ayal kondisi dua kantung penghasilan ini pun memerlukan strategi khusus dalam mengelolanya. Pasangan dr. Hario - Berti Tilarso bisa jadi cermin.
"Sejak belum menikah, Mas Hario sudah menitipkan gajinya pada saya. Alasannya, untuk keperluan berumah tangga, seperti kontrak rumah, beli mobil, resepsi," papar Berti Tilarso, instruktur kebugaran.
Namun setelah menikah kesibukan Berti jadi berlanjut. Mereka lalu membuka rekening di bank yang, meski atas nama suami, sang istri tetap bisa menarik dana. "Pertimbangannya sederhana, dengan profesi dokternya, kalau mau kredit apa-apa 'kan lebih mudah. Jadi di dalam rekening itu bercampur semua penghasilannya dengan penghasilan saya."
Sebagai pemegang kendali keuangan rumah tangga, Berti tidak memuskilkan suaminya menggunakan dana di rekening bersama mereka. Tapi, "Jangankan menulis cek, bertanya berapa jumlah saldo di rekening pun tidak pernah dilakukannya," tutur Berti. Bahkan saat bank tempatnya menabung memberikan jasa modern seperti phone banking atau ATM, suaminya belum tergerak untuk memanfaatkannya. "Padahal saya memberi tahu dia nomor-nomor penting seperti nomor bank maupun rekening. Tapi ya sudah, mungkin memang saking percayanya, dia pasrah saja pada saya. Untuk kebutuhan sehari-hari pun, dia akan minta saya, istilah dia 'uang bensin'. Saya sih senang saja merangkap tugas sebagai istri, sekaligus sekretaris dan bendahara."
Serupa dengan Berti Tilarso, Ny. Arief Rachman berpendapat, "Bagi kami tidak ada istilah 'uang saya' atau 'uang kamu', karena yang kami peroleh itu 'kan dipakai bersama-sama. Meski penyimpanannya bisa di rekening pribadi kami masing-masing. Yang penting, kalau ada kebutuhan, bisa segera teratasi."
Menyinggung masalah penyimpanan dalam bentuk satu atau dua rekening pribadi, Richard Sutrisno tidak melihat mana yang lebih baik. "Yang penting adalah itikad si penyimpan. Bisa saja ia tidak memberi tahu berapa jumlah uang di rekeningnya, karena akan disimpan untuk keperluan nanti. Misalnya, memberi kejutan untuk anggota keluarga yang berulang tahun, atau persiapan anak masuk universitas, yang kalau harus diambil dari dana sehari-hari bisa merepotkan," ujarnya.
Namun, menurut dia lagi, ada saja orang yang sengaja merahasiakan simpanan uangnya untuk memenuhi kepentingan diri sendiri dengan menerapkan konsep "uang saya atau uang kamu" dalam kehidupan rumah tangganya. Ini bisa mengindikasikan adanya unsur niat tidak baik, curiga, atau tidak percaya dari salah satu pasangannya, yang bisa berkembang menjadi perselisihan.
Karena itu, "Masalahnya bukan disimpan pada satu atau dua rekening terpisah. Tapi pada tujuannya, untuk membahagiakan keluarga yang bisa dicapai dengan bermacam-macam cara," tutur Sutrisno.

Menentukan kebutuhan prioritas
Kebahagiaan keluarga, menurut Richard Sutrisno, akan tercapai antara lain bila pasangan dapat menata keuangan dengan baik. "Peganglah motto, banyak yang ditawarkan, beli sesuai kebutuhan."
Untuk menentukan kebutuhan ada beberapa pertanyaan yang bisa digunakan untuk menguji. Pertama, 'Apa barang yang dibutuhkan?' Selanjutnya, sebagai penguat, 'Benarkah barang itu benar-benar kita perlukan?' Pertanyaan berikut akan mencoba mengukur kekuatan kantung kita, 'Apakah dananya ada?' Nah, kalau sampai dana yang ada tidak mencukupi, kita perlu menghitung dengan 'Apakah kuantitasnya bisa dikurangi?' Kalau ternyata tidak bisa, satu-satunya jalan adalah, 'Apakah kualitasnya bisa dikurangi?'
"Untuk menyelesaikan masalah penentuan kebutuhan harus secara menyeluruh. Dengan mencoba menghitung begini, kita telah berusaha membuat persiapan untuk cadangan kehidupan esok hari, karena kita tidak perlu berutang," papar pengasuh Rubrik Ruang Keuangan dan Rubrik Wiraswasta di sebuah majalah itu lebih lanjut.
Ia pun mengambil contoh sederhana, "Saat orang memutuskan membeli 5 kg beras Rojolele, tapi ternyata kekuatan kantungnya tidak memungkinkan, maka ia perlu menghitung, apakah jumlahnya bisa dikurangi? Ternyata tidak mungkin, karena beras itu dibutuhkan oleh seluruh anggota keluarganya. Jalan keluarnya, cobalah membeli beras jenis lain dengan mutu yang lebih rendah dan harga yang lebih murah."
Mengenai penggunaan dana pada keluarga bersumber penghasilan ganda bisa didahului dengan kesepakatan bersama. Misalnya, Lina (40) dan Henry (40) yang telah 15 tahun berumah tangga membagi tanggung jawab. Bila tagihan listrik ditanggung suami, maka tagihan telepon wajib dibayar istri. Sedangkan keperluan anak-anak ditanggung berdua. Namun kunci sebenarnya adalah buku besar tempat pasangan itu mencatat setiap pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga.
Hal serupa pernah dilakukan oleh Berti Tilarso. "Tapi kebiasaan tersebut saya tinggalkan sejak bank mengeluarkan billing statement. Selain itu karena pengeluaran makin banyak, sehingga pembukuan makin rumit." Jadi, ia mengaku, sekarang ia hanya mencatat barang bernilai besar yang dibelinya tanpa mencantumkan harganya.
Ny. Arief Rachman pun mengaku bisa mumet bila membayangkan pembukuan, "Karena di sekolah saya diajari bagaimana mengatur belanja, jadi saya tidak sampai kerepotan meski tanpa pembukuan." Yang ia lakukan adalah, menghitung pemasukan, "Lalu, kami tentukan, gaji untuk belanja kebutuhan pokok atau rutin, seperti membayar tagihan rekening, PRT, uang sekolah, dll. Sedangkan sebagian penghasilan tambahan Bapak dari berceramah digunakan untuk keperluan sehari-hari, dan sebagian lainnya, ditabung."

Tidak ngoyo
Kesepakatan berdua tak hanya perlu dalam menentukan kebutuhan sehari-hari, juga saat menentukan prioritas kebutuhan tambahan lain. Karena keputusan sepihak memungkinkan timbulnya rasa kecewa pada salah satu pihak. "Pernah suatu ketika seorang istri merasa sangat sedih karena tidak bisa membeli barang yang sangat ia inginkan dengan uangnya sendiri. Alasannya, ia tidak ingin ribut dengan suaminya, karena barang itu bukan termasuk kebutuhan prioritas," Maria Lasswell mengungkap suatu kasus.
Pendapat Maria pun ternyata telah jauh hari dipraktekkan oleh Ny. Arief Rachman, "Di luar kebutuhan wajib, kami berdua bersepakat memprioritaskan pendidikan bagi anak kami untuk bekal masa depan."
Kalau suatu ketika ada salah seorang anaknya meminta uang, ia akan melihat tujuan penggunaannya dan seberapa mendesak. Sekiranya kurang mendesak ia berusaha tidak memberikan jawaban yang mengecilkan, misalnya, "Bukannya Ibu tidak punya uang, tapi dilihat dulu ya, karena keperluan kita banyak." Hal ini tak lain juga untuk menanamkan pengertian pada anak-anak bahwa orang tua pun tidak mudah dalam mendapatkan uang.
Penentuan prioritas kebutuhan paling terasa manfaatnya bila ingin membeli barang kebutuhan yang cukup mahal. Bahkan bila barang tersebut tidak sangat perlu, menurut pengalaman Ny. Arief Rachman, tidak tertutup kemungkinan pengadaannya ditunda.
"Bagi orang lain mungkin mobil termasuk kebutuhan penting, namun bagi kami saat itu, memiliki rumah yang cukup baik lebih mendesak untuk diadakan," ujarnya memberikan contoh.
Pertimbangan yang sama ia berlakukan dalam memenuhi keinginan pribadinya. "Saya akan pakai barang yang sudah ada saja, tapi tidak pernah berangan-angan. Kalau memang tidak bisa beli perhiasan, ya tidak usah beli," paparnya tentang prinsipnya tidak ngoyo untuk membeli sesuatu yang sanggup dia beli.

Kepentingan pribadi = kepentingan keluarga
Namun sebagai pasangan yang terdiri atas individu-individu, tak jarang setiap individu memiliki keinginan untuk membeli sesuatu yang bukan bagian dari prioritas kebutuhan keluarga.
Menyikapi keadan tersebut, Ny Arief Rachman berpendapat, "Harus masuk di akal, jangan sampai membabi buta sehingga mengganggu urusan sehari-hari. Selain dana yang digunakan harus berasal dari dana yang semula hanya disimpan, juga dilihat kesempatan untuk mendapatkannya."
Sering ia diingatkan suaminya karena berpikir berlama-lama untuk membeli atau tidak sebuah barang, "Kalau uangnya cukup, barangnya pun tinggal satu-satunya, atau kesempatannya cuma saat itu, kata Bapak, 'Wis ojo mikir-mikir, beli saja.' Takutnya, jangan sampai sudah capek mikir, kita tidak bisa beli barang itu karena kita sudah jauh atau barang itu sudah nggak ada. Kita pun kecewa sepanjang hari." Kekecewaan itulah yang, menurutnya, mahal dan sulit ditebus.
Dalam hal membelanjakan uang untuk kepentingan individu suami atau istri, Sutrisno kembali mengutamakan pentingnya keterbukaan. "Katakan saja, apa yang diperlukan. Seandainya, istri memerlukan tata rias, keperluan itu jangan diartikan sebagai keperluan pribadi istri. Karena, istri cantik dan rapi itu 'kan untuk menyenangkan keluarga juga." Demikian sebaliknya, bila suatu ketika suami harus mengeluarkan uang untuk menjamu rekan kantor, tentu didasarkan untuk kepentingan keluarga.
Kesadaran ini pun harus terus dipertahankan, agar jangan sampai terjerumus untuk berperilaku boros. Bagi mereka yang cenderung berwatak demikian, "Jangan pernah bosan mengingatkan akibatnya bila kita mengeluarkan dana di luar kemampuan. Walaupun lebihnya sedikit, lama-lama jadi besar. Belum lagi kalau kekurangan itu berusaha ditutup dengan berutang," ujar Sutrisno menganjurkan untuk menghindari utang yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif karena bisa menjerat leher semakin dalam.
Utang tersebut berbeda dengan melakukan kredit pemilikan rumah di bank. "Biasanya pihak bank sudah memperhitungkan kemampuan kreditor." Dalam keadaan demikian Sutrisno mengingatkan, "Jumlah uang yang kita pakai untuk kebutuhan hidup bukan lagi sebesar seluruh gaji kita, melainkan gaji dikurangi utang terhadap bank."
Pemotongan langsung terhadap pendapatan tersebut pun, menurut Pimpinan Proyek S1-D3 LPPM itu, berlaku pada mereka yang tidak memiliki kredit rumah, "Tapi untuk tabungan yang besarnya bisa ditentukan sendiri dengan suatu persentase tertentu, tergantung pada besarnya pendapatan." Untuk mereka yang memiliki pendapatan yang sekadar cukup, ia menganjurkan, perlu menyisihkan minimal 10%.
Dalam keadaan kurang, nilai yang disisihkan pun tidak seharusnya dikurangi, "Karena tabungan bukanlah sisa kelebihan. Tabungan sebenarnya adalah kebutuhan sekarang untuk digunakan nanti. Jadi sama dengan membeli kebutuhan wajib lainnya, beras misalnya. Tabungan adalah pengeluaran dana yang wajib kita sisihkan langsung setelah menerima gaji."
Lambat laun tabungan tersebut akan membesar, sehingga pemiliknya akan dipaksa berpikir untuk apa uang simpanannya. "Investasi misalnya. Bentuknya bisa bermacam-macam, emas batangan, saham, malah kalau cukup besar bisa untuk membeli tanah."
Menurut Ny. Arief Rachman, pembicaraan tentang uang itu sensitif. Bila ada istri atau suami yang terpaksa ingin tahu berapa banyak tabungan milik pasangannya, ia menganjurkan untuk lebih teliti memilih kata-kata.
"Pengalaman saya, selain lagu bahasa yang lembut, kata 'barangkali' bisa menghaluskan pertanyaan, misalnya 'Bapak punya uang di bank, barangkali?' Sehingga suami tidak merasa seperti ditodong," ujar wanita berkulit terang tersebut memaparkan strateginya untuk menghindari perselisihan karena uang.

(Shinta Teviningrum: Intisari 1997)