Senin, 19 Juli 2010

ETOS KERJA DALAM ISLAM


Sekarang ini, mencari pekerjaan atau membuat peluang pekerjaan tidaklah mudah. Ada banyak tantangan masalah yang harus dihadapi, mulai dari keterbatasan lowongan pekerjaan, tidak adanya lahan pekerjaan, keahlian pekerjaan, atau modal dalam bekerja. Namun, semua itu tidak mesti menjadi kendala dalam bekerja atau mencari rezeki.

Dalam Islam, seorang Muslim adalah seorang pekerja. Dalam Kitab Shahih Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Seseorang yang meraih tali lalu datang dengan seikat kayu bakar di pundaknya kemudian menjualnya, sehingga Allah menutupi wajahnya (memuliakannya). Itu lebih baik daripada meminta-minta kepada orang-orang, di mana mereka itu adakalanya memberi dan tidak.”
Hadis tersebut menunjukkan bahwa, pertama, Allah akan memuliakan orang yang bekerja. Seorang Muslim tidak pantas bermalas-malasan dalam mencari rezeki walaupun itu dengan alasan sibuk beribadah atau tawakal kepada Allah Swt. Tidak pantas pula mengharap sedekah dari orang lain padahal ia memiliki kemampuan bekerja untuk menghidupi dirinya, memenuhi kebutuhan keluarganya, atau orang-orang yang menjadi tanggungannya. Dalam kitab Sunan Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Tidak halal sedekah kepada orang kaya dan orang yang memiliki kemampuan yang stabil.”
Kedua, Kerendahan dan kehinaan bagi orang yang meminta-minta kepada orang lain. Seorang Muslim tidak pantas meminta-minta kepada orang lain. Dalam riwayat Baihaqi disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Orang yang meminta sesuatu bukan kebutuhannya, bagaikan orang yang memungut bara api.”
Adapun dalam riwayat Sunan Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa meminta-minta kepada orang lain untuk memperbanyak harta (memperkaya dirinya), maka pada hari kiamat harta tersebut akan mencakar wajahnya dan menjadi batu panas dari neraka jahannam untuk dimakannya. Maka, siapa yang ingin menguranginya, silakan lakukan, dan yang ingin memperbanyaknya, silakan lakukan.”
Dalam riwayat Mutafaq alaih juga disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah orang yang selalu meminta-minta itu kecuali ia akan menemui Allah dengan wajah tanpa daging.”
Maka, seorang Muslim harus bekerja apa saja asalkan halal. Semangat bekerja juga dapat kita lihat dari para nabi, seperti: Nabi Daud yang bekerja sebagai pembuat baju besi sebagai tameng dalam peperangan, ini tercantum dalam surah Al-Anbiya ayat 80. Begitu pula dengan Nabi Yusuf yang bekerja menjadi bendahara kerajaan Fir’aun, ini tercantum dalam surah Yusuf ayat 55. Bahkan, Nabi Muhammad Saw adalah seorang penggembala dan pedagang yang terkenal dengan sifat amanah dan kejujurannya.
Etos kerja seorang Muslim dapat dilihat dari hadis riwayat Thabrani yang menyebutkan bahwa tatkala Rasulullah Saw duduk bersama para sahabatnya, lewatlah seorang lelaki dengan penuh semangat. Para sahabat kemudian berkata, “Alangkah baik jika semangatnya itu dimanfaatkan di jalan Allah.”
Mendengar perkataan sahabat tersebut, Rasulullah Saw mengomentarinya dengan bersabda, “Jika dia keluar untuk (keperluan) anaknya yang masih kecil, maka dia berada di jalan Allah. Jika dia keluar untuk kedua orangtuanya yang sudah tua renta, maka dia berada di jalan Allah. Jika dia keluar (bekerja) karena ingin menjaga kesucian dirinya (dari meminta-minta), maka dia juga berada di jalan Allah. Dan jika dia keluar untuk pamer dan gagah-gagahan maka dia di jalan setan.”
Dengan demikian, marilah kita bekerja dengan sungguh-sungguh, serta berusaha menggapai pintu-pintu rezeki yang telah disediakan oleh Allah Swt berdasarkan ketentuan dan syariat-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Go on spit it out!!!